Kamus Lengkap Peribahasa Indonesia kali ini
mengetengahkan kumpulan peribahasa
Indonesia populer yang berawalan huruf “H”. Menurut perkiraan, peribahasa
paling populer di halaman ini adalah “Habis manis sepah dibuang” dan tentu saja
“Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai”, serta “Harimau mati meninggalkan
belang”. Padahal masih banyak peribahasa berawalan huruf “H”, selain tiga di
atas tadi. Bahkan, masih banyak yang lainnya selain yang dituliskan di bawah
ini. Jika ingin mencari peribahasa Indonesia berawalan huruf “H” secara lebih lengkap,
silahkan klik label “H” pada direktori alfabet di bawah judul blog ini.
Habis air habislah kayu, jagung tua tak hendak
masak.
Pekerjaan/usaha
yang hanya mendatangkan kerugian.
Habis manis sepah dibuang.
Tidak
menghargai jasa atau kebaikan seseorang. Setelah tidak dibutuhkan lagi, dibuang
begitu saja.
Habis minyak sepasu, ekor anjing mau lurus.
Mengubah
atau memperbaiki orang yang pada dasarnya jahat itu sangat sulit, karena
apabila ada kesempatan ia akan berbuat jahat lagi.
Habis waktu karena bang.
Melupakan
hal yang lebih penting karena membicarakan hal yang sepele dengan panjang
lebar.
Hancur badan dikandung tanah, budi baik
terkenang jua.
Budi
baik itu tidak akan dilupakan untuk selama-lamanya.
Harapkan burung terbang tinggi, punai di
tangan dilepaskan.
Karena
menghendaki untung besar, yang belum tentu akan diperoleh, keuntungan sedikit
yang telah di tangan disia-siakan, sehingga akhirnya menyesal.
Harapkan guntur di langit, air di tempayan
dicurahkan.
Karena
mendengar kabar keuntungan yang lebih besar, laba yang telah di tangan
disia-siakan, akhirnya menyesal.
Harga ditilik pada rupa, nilai dipandang atas
patut.
Meletakkan
sesuatu hendaklah pada tempatnya.
Harimau putung kena penjara, pelanduk kecil
menolak mara.
Orang
kecil itu adakalanya dapat menolong orang besar dan berkuasa.
Harimau mati meninggalkan belang.
Orang-orang
pandai jika mati meninggalkan jasa.
Harimau menyembunyikan kuku.
Perihal
orang kaya/pandai yang tidak suka memamerkan kekayaannya/kepandaiannya.
Harimau terlompat karena belangnya.
Orang-orang
besar itu adakalanya rusak binasa karena memegahkan kekuasaannya.
Harum manis pahit sedikit, tiga rasa
dibawanya.
Seseorang
yang terpuji, baik budi bahasanya, tetapi sedikit cela ada padanya.
Hati gajah sama dilapah, hati tungau sama
dicegah.
Perihal
pembagian yang seadil-adilnya.
Hati gatal, mata digaruk.
Bersungut
dan merasa kesal karena tak dapat melakukan suatu maksud.
Hati tak lepas, dendam tak sudah.
Tidak
pernah puas dengan apa yang diperoleh.
Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai.
Jika
ingin kaya, berhematlah dan jika ingin pandai, rajinlah belajar.
Hemat pangkal kaya, sia-sia utang tumbuh.
Jika
hendak kaya haruslah hemat, dan kalau boros pastilah berutang.
Hendak menggaruk tiada berkuku.
Punya
banyak keinginan tetapi modal tidak ada.
Hendak panjang terlalu patah.
Perihal
orang yang suka meninggi-ninggikan dirinya, sesekali akan jatuh terperosok.
Hendak terbang tiada sayap, hendak hinggap
tiada berkaki.
Keinginan
yang tidak dapat tercapai karena tidak memiliki sarana yang dibutuhkan.
Hidung dicium, pipi digigit.
Berbuat
kebaikan untuk menutupi kejahatan yang telah diperbuat.
Hidup berkerat rotan.
Perihal
memutuskan hubungan untuk selama-lamanya.
Hidup dari tangan ke mulut.
Seseorang
yang berpenghasilan pas-pasan.
Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah.
Kita
sebaiknya mengikuti adat yang dianggap baik.
Hidup segan mati tak mau.
Telah
lama menderita sakit, hidup tidak, mati pun tidak.
Hilang rona karena penyakit, hilang bangsa
karena tidak beruang.
Orang
yang tidak berharta kurang dihargai orang.
Hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu
kuburnya.
Sesuatu
yang hilang tidak ketahuan sama sekali.
Hinggap bagai langau, titik bagai hujan.
Kejadian
yang tidak disangka-sangka lebih dahulu.
Hinggap mencengkam (dahan), terbang menumpu
(dahan).
Jika
kita pergi ke suatu negeri dan menumpang pada seorang sahabat, maka apabila
akan meninggalkan tempat itu, hendaklah kita berpamitan.
Hitam tahan tempa, putih tahan sesah.
Perihal
orang yang tahan terhadap cobaan hidup.
Hujan tak sekali jatuh, sampul tak sekali
erat.
Pekerjaan
yang dilakukan secara setengah-setengah.
Hujan emas di negeri orang, hujan batu di
negeri sendiri.
Betapapun
senangnya di negeri orang, tentu lebih senang lagi jika berada di negeri
sendiri.
Hujan panas berbalasan.
Tidak
ada yang tetap, selalu silih berganti.
Hulu malang, pangkal celaka.
Pokok atau asal kemelaratan.
Hulu mujur pandai bertenggang, hulu baik pandai memakai.
Pandai
membawa diri.
Masih ingin mencari peribahasa Indonesia lainnya? Carilah di kotak pencarian peribahasa atau memilih kata melalui pencarian populer di Kamus Lengkap Peribahasa Indonesia ini.
No comments :